top of page

Buletin Edisi 28: Waspada Pesona Dunia


“Nabi Muhammad SAW Bersabda “Waspadailah dunia, karena sesungguhnya ia lebih pandai menyihir dari pada Harut dan Marut”


Dunia adalah satu kata yang sangat kompleks artinya. Dunia itu benar – benar tidak bisa kita lepaskan. Karena menjadi bagian dari kita, dari kita lahir kita ada di dalam dunia. Duniamu ibarat kondisi objektif sebelum mati, sedangkan akhiratmu ibarat kondisi objektifmu sesudah mati. Artinya segala sesuatu yang dialami sebelum mati merupakan dunia, kecuali ilmu, ma’rifat, dan kebebasan.


Dunia itu luar biasa hebatnya, nikmat dunia selalu menjadi incaran oleh manusia. Sungguh indah dunia dipelupuk mata kita, bagaimana tidak? Segala sesuatu yang berasal darinya selalu menimbulkan kesenangan. Kekayaan alam yang berlimpah, gedung – gedung pencakar langit atau bahkan handphonemu sendiri. Semuanya adalah dunia. Selalu berdampingan dengan kita setiap harinya.


Namun perlu kita ingat. Dunia itu sementara. Bahkan Al – qur’an telah memastikannya. “Setiap yang bernyawa pasti akan mati.” Kita akan meninggalkan dunia. Karena tempat kekal kita adalah akhirat.


Allah SWT juga menyebutkan bahwasannya alam semesta yang indah ini akan dihancurkan. Alam yang mengandung nilai sentimental bagi manusia, akan dihancurkan. Padahal manusia selama berabad – abad lamanya membangun sebuah peradaban. Dari yang tadinya tinggal di gua kini menjadi gedung yang nyaman, dari yang tadinya berjalan, kini bisa terbang. Kita butuh banyak tangan untuk membangun dunia. Tidak terhitung berapa Milyar manusia yang ikut berkontribusi, tidak terhitung berapa orang yang gagal dalam mencoba. Kenyataannya tetap akan dihancurkan.


Indahnya dunia ini hanya sementara. Bagaikan alarm yang telah disetting untuk berbunyi di waktu yang kita inginkan kita dan duniapun telah disetting oleh – nya. Disetting tanggal kematian dan tanggal kehancuran. Dan itu pasti.


Kita tahu dan sudah seringkali dingatkan. Tapi kita masih bersikukuh menjadikannya prioritas. Sampai – sampai sholat ditinggalkan atau diakhirkan, Al – Qur’an dibiarkan berdebu dan masjid dibiarkan kosong (hanya segelintir orang yang mengisi).

Parahnya ketika kesenangan dunia itu tidak didapatkan, seringkali kita menyalahkan takdir atau bahkan Tuhan, na’udzubillah. Mengapa aku ditakdirkan begini Tuhan? Mengapa aku begitu Tuhan? Tuhan apa salahku? Padahal pesona dunia itu memang sesuatu yang bersifat fana. Pasti akan rusak, pasti akan hilang dimakan waktu.


Pada dasarnya manusia itu diberikan limited freewill (kebebasan memilih), hal ini tercantum dalam surat ke–92 ayat 4–11. Tapi jangan lupa juga bahwa kita pasti akan mempertanggung jawabkannya sebagaimana disebutkan dalam surat ke –17 ayat 71.

Jadi kita sibuk nih sama dunia, tapi lupa sama akhirat. Padahal dunia itu diciptakan untuk dihancurkan. Cuman tempat persinggahan sementara aja. Jangan sampai kita sadarnya nanti pas dialam kubur. Didunia cuma melakukan hal yang sia – sia. Padahal satu hari itu 24 jam.

Cinta banget sama kehidupan dunia. Sibuk banget sama urusan dunia. Kewajibannya sebagai seorang muslim dilupakan.


Terus bagaimana dengan “aku tarlahir dari keluarga yang tidak ta’at agama” atau “ah kamu mah emang orang yang religious, saya mah engga.” Dimanakah letak bahwa kita tidak dibebaninya kewajiban yang sama? Udah disebutin kok mau tua ataupun muda, kaya ataupun miskin, semuanya sama. Sama – sama manusia yang nantinya berakhir keakhirat. Manusia jenis apapun.

Mari kita menyelam bersama – sama. Ketika kita tidak menggunakan kesempatan beribadah di dunia, siapakah yang rugi? Kita tahu bahwa itu adalah diri kita sendiri. Tahukah kamu bahwa kenikmatan didunia itu hanya 1% dari total 100%. Syurga yang paling rendah tingkattannya aja diibaratkan bagai kamu mempunyai 10 Bumi untuk dirimu sendiri. Udah gitu abadi lagi di syurga. Tapi kenapa masih ogah – ogahan? Atau jangan – jangan masih tidak percaya? Akan kehidupan setelah mati.


Pilihan kita sesudah mati itu cuma dua Syurga atau Neraka. Otomatis kalau ga syurga ya neraka. Tapi kalau pilih neraka na’udzubillah apakah sanggup? Bayangkan siksaan paling kecil untuk penghuni neraka adalah yang diterima oleh pamannya nabi Muhammad SAW yaitu Abu Thalib. Itu paling kecil. Terus bagaimana dengan yang lainnya?


Terus katanya “yang dosa … ya … gue ngapain lo ikut campur?” Haduh ikhwafillah dan ukhti fillah sayang banget kalau ada orang yang ngingetin baik tapi dibalas seperti ini. Padahalkan itu alarm buat kita, harusnya iya yah … ayo.


Cinta dunia … Dalam buku karya Imam Al – Ghazali yang berjudul Membesrsihkan Hati dari Ahlak Tercela disebutkan bahwa Cinta Dunia adalah diantara Ahlak Tercela. Karena itu ikhwahfillah semoga kita tidak terlena dengan keindahan dunia yaa. Yang pasti kita itu harus seimbang atantara dunia dan akhirat (nabung).


Download Buletin Edisi 28 disini :


Sumber :

1. Buku karya Imam AL – Ghazali dengan Judul Membersihkan Hati dari AHlak Tercela. Penerbit Ampel Mulia. Surabaya.2003

2. Buku karya H. Endang Saifuddin Anshari, M.A degan judul Kuliah Islam. Penerbit CV.Raja WAli. Jakarta.1986

3.https://umma.id/post/renungan-ada-gym-hidup-di-dunia-hanya-sementara-400630?lang=id

45 views1 comment

Recent Posts

See All

1 Comment


almajnunq
Dec 23, 2020

Yang nulis siapa min?

Like
bottom of page