top of page

Buletin Edisi 25: Siapakah yang Berjiwa Besar?

Updated: Jul 27, 2020



“Dan tolong-menolong lah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwa lah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat”

(Q.S. Al-Maidah: 2)


Islam adalah agama yang mengajarkan kepada kita bahwa kita harus berempati terhadap saudara kita. Wujudnya adalah tolong menolong. Sebagaimana yang disebutkan dalam alqur’an surah Al – Maidah ayat 2. Kita diperintahkan untuk tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaaan. Bahkan dalam Islam ada beberapa amalan yang fungsinya untuk membantu saudara kita. Diantara bentuknya ada sedekah, zakat, qurban dan lain sebagainya.


Apa yang menurut kita sedikit bisa jadi adalah banyak bagi orang lain. Apa yang menurut kita adalah hal biasa bisa jadi istimewah bagi yang lain. Keadaan setiap orang berbeda. Ada yang keadaannya seperti ini ada yang keadaannya seperti itu. Beragam. Di Indonesia tercatat oleh Badan pusat Statistik persentase pendududuk miskin pada bulan September 2019 sebesar 9,22 %. Dengan jumlah penduduk miskin 24,79 juta orang. Bayangkan diantara saudara kita masih ada yang berada dalam kesusahan. Bahkan untuk sekedar mengisi perutnya yang kosong.


Nasi campur garam, makanan sisa yang diambil dari pembuangan sampah dan beras yang dijadikan bubur sangat cair bagi mereka itu cukup. Mungkin makanan “enak” hanyalah bayangan bagi mereka. Bukan mau mereka mendapati keadaan seperti itu. Namun ada kalanya mereka berbahagia salah satunya dihari raya Idul Adha ada suatu ibadah bagi orang – rang yang mampu bernama Qurban.


Ada sebuah kisah yang diabadikan dalam al – qur’an terdapat dalam surat ke – 37 ayat 102 “Ibrahim berkata: Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu? Dia menjawab: Hai bapakku , kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Seorang bapak yang mana sangat menyangi anaknya harus tunduk akan perintah tuhannya, untuk “menyembelih anaknya”. Sedangkan anaknya adalah anak yang shaleh. Sehingga dengan berlapang dada menerima apa yang diperintahkan oleh tuhannya. Cinta kedua – nya memanglah sangat besar untuk tuhannya Allah subhanahuwata’ala. Melebihi cinta bapak kepada anaknya dan cinta seorang anak terhadap bapaknya.


”Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan sembelihan yang besar . . .”. Kisah tersebut adalah kisah nabi Ibrahim ‘alaihissalam beserta anaknya Ismail ‘alaihissalam. Kisah yang menandakan betapa taat keduanya terhadap Allah subhanahuwata’ala.


Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu Allah subhanahuwata’ala dalam mimpinya untuk menyembelih Ismail anaknya. Nabi Ismail adalah putra yang hadir setelah penantian lama Nabi Ibrahim mengharapkan lahirnya seorang keturunan. Nabi Ismail tumbuh menjadi seorang remaja yang berkepribadian baik, sholeh, dan penyabar, karena itu Nabi Ibrahim sangat cinta pada anaknya. Tetapi dengan tawakkal Nabi Ibrahim menyampaikan wahyu Allah subhanahuwata’ala pada Nabi Ismail yang saat itu berada di usia remaja. Tanpa keraguan Nabi Ismail meminta ayahnya untuk menjalankan perintah dari satu-satunya Zat Yang Maha Kuasa. Hingga waktu penyembelihan, Nabi Ibrahim dan Ismail tetap tabah dan berserah diri pada Allah subhanahuwata’ala. Tetapi atas kebesaran Allah subhanahuwata’ala. Nabi Ibrahim diberi perintah untuk mengganti Nabi Ismail dengan hewan yang besar (biri – biri) untuk disembelih. Waktunya bertepatan pada 10 Dzulhijjah. Kini kita peringati sebagai hari raya Idul Adha. Kisah ini menjadi latar belakang “adanya” syariat qurban.


Qurban menurut bahasa berasal dari kata qaruba berarti “dekat”, sedang menurut syariat qurban berarti hewan yang disembelih dengan niat beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahuwata’ala. Dengan syarat-syarat dan waktu tertentu, disebut juga udhiyah. Qurban diperingati seabgai salah satu dari dua hari raya besar umat Muslim. Disebut sebagai Hari raya Idul Adha. Pada hari ini umat uslim yang mampu bersedia memberikan hewan ternak untuk disembelih. Yang nantinya akan dibagikan sesuai dengan ketentuan.


“Rasulullah SAW. telah bersabda…(daging qurban itu) makanlah, sedekahkanlah dan simpanlah.”(muttafaqun ‘alaih). Dengan jihadnya, para ulama sepakat bahwa daging Qurban dibagikan dengan ketentuan sebagai berikut; 1/3 untuk yang berqurban dan keluarganya, 1/3 untuk fakir miskin dan 1/3 untuk hadiah kepada masyarakat sekitar atau disimpan agar sewaktuwaktu bisa dimanfaatkan. Secara tidak langsung dengan 1/3 untuk fakir miskin telah membahagiakan mereka.


Berdasarkan kepada ayat “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus.” (Al-Kautsar: 1 — 3). Dan ayat “Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagai syiar Allah. Kamu banyak memperoleh kebaikan dari padanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya.” (Al-Hajj: 36). Sebagian ulama berpendapat bahwa hukum ber – qurban adalah wajib.

Namun ada sebuah hadits yang jika disandingkan dengan kedua ayat diatas, membuat Jumhur ulama (sebagian besar ulama) berpendapat bahwa hukumnya adalah sunnah muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan). Haditsnya adalah “Aku diperintahkan berqurban dan qurban itu sunah bagimu.” (HR. Tirmizi).


Ada juga sebuah keadaan yang menyatakan hukum lain tentang berqurban. Dimana jika dia telah bernazar maka dia wajib melakasanakan Ibadan qurban. Dan suatu keadaan dimana seseorang yang mampu melakukannya kemudian meninggalkannya maka ia dihukumi makruh. Ibadah qurban adalah suatu bentuk rasa syukur kepada Allah subhanahuwata’ala. Atas nikmat kehidupan yang telah diberikan. Ibadah qurban juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri pada Allah subhanahuwata’ala. Dengan ibadah qurban juga saudara kita akan merasakan nikmatnya rizki Allah. Jika diibaratkan maka ibadah qurban lebih baik dari pada sedekah dengan uang yang senilai dengan hewan qurban.


Segala sesuatu didunia ini adalah titipan. Apa yang Allah berikan terhadap kita saat ini adalah titipan. Massa(waktu), seorang anak dan harta bagian dari titipan.

Kelak semua akan dipertanyakan dan dipertanggunnggjawabkan.


Lantas apa yang sudah kita lakukan didunia yang fana ini?


Sudahkah kita berjiwa besar?



Download Berlian edisi 25 disini:




Sebuah buku berjudul Riwayat 25 Nabi dan Rasul. Penyusun Drs. Moh. Rifai

36 views0 comments

Comments


bottom of page