top of page

Buletin Edisi 16 : Yakin Masih Mau Merayakan Valentine?

Updated: Feb 28, 2020


Sumber gambar : Republika.co.id


Hari Valentine adalah hari kasih sayang. Banyak orang yang merayakan hari ini beserta orang terkasih mereka. Hari itu selalu dirayakan tepat pada tanggal 14 Februari ditiap tahunnya. Pada hari itu, banyak orang yang saling mengucapkan selamat dan juga saling memberi hadiah. Tiba – tiba saja toko bunga banjir pesanan, toko coklat selalu kehabisan stok dan tempat – tempat makan dibooking.


Berhati – hati dalam islam sangat dianjurakn. Kita sebagai umat islam harus berhati – hati dalam mengambil tindakkan. Termasuk dalam “merayakan sesuatu”.


Mendengar kata Valentine bukan lagi hal yang asing bagi kita. Tentu saja, bahkan “hari raya” ini begitu terkenal dikalangan muda mudi. Bukan hanya itu yang membuat kata tersebut tenar. Toko – toko juga sejumlah film menayangkan indahnya merayakan Valentine. Merasakan romansa bersama orang terkasih.


Namun tahukan anda? bahwa ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad 2:50 dan Abu Daud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqthido’ 1: 269

“barang siapa mengikuti suatu kaum, maka dia terrmasuk bagian dari mereka”


Dengan bersandarkan kepada hadits tersebut tentu kita sebagai seorang muslim harus berjaga – jaga sebisa mungkin menjauh dari hal- hal yang dapat menjerumuskan kita pada perkara tersebut.


Begitu pula dengan fenomena perayaan hari “raya Valentine”. Sebagai muslim yang cerdas kita harus paham mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang benar mana yang salah. Mana yang hari perayaan islam mana yang bukan hari perayaan islam. Dengan demikian insya Allah kita akan terhindar dari panasnya api neraka.

Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad Saw., seburuk-buruk perkara adalah hal-hal baru yang diada-adakan dan setiap hal baru adalah sesat” (HR. Muslim).


Lalu hari perayaan milik siapakan Valentine itu? Apakah kepunyaan orang – orang seluruh dunia? Apakah kepunyaan agama Islam?


Untuk megetahuinya mari kita bahas sejarah terbentuknya Valentine

Jika kita mengingat Valentine, maka otomatis kita tersambung dengan kata perayaan Lupercalia (dewa kesuburan). Dalam perayaaan tersebut, terdapat beberapa point yang sama dengan perayaan Valentine di zaman sekarang. Bedanya perayaan ini dilakukan tepat pada tanggal 15 Februari dibukit Palatine. Pada perayaan ini para muda – mudi baik perempuan maupun laki – laki akan menuliskan nama masing – masing disebuah kertas kemudian dimasukkan kedalam sebuah wadah. Setelah itu masing – masing dari mereka akan mengambil secara acak nama – nama yang ada didalam wadah. Nama yang diambil akan menjadi pasangannya pada malam itu, mereka akan makan dan menari bersama yang kemudian dialanjutkan dengan pernikahan.

Pada Februari 494 Masehi dewa gereja Paus Gelasius mengubah upaca kebangsaan Romawi ini, menjadi Purifikasi (pemebersihan dosa). Paus mengubahnya menjadi 14 Februari disesuaikan dengan hari kematin St. Valentine.


Hal ini dilakukan agar kaum mereka mengenang jasa pendeta St. Valentine yang telah menentang ketetapan pemimpin yang berkuasa pada saat itu. Pendeta tersebut melanggar perintah dengan menikahkan beberapa orang (melakukan pemberkatan), padahal pada saat itu dilarang adanya pernikahan bagi para prajurit. Setelah diketahui telah melanggar, St. Valentine dihukum mati. Orang – orang begitu mengangungkannya sehingga dia dianggap sebagai “penyelamat bagi orang – orang yang sedang jatuh cinta”. Bahkan diatas kuburannya banyak orang yang memberikan bunga kepadanya.


Sudah jelas bukan? Wahai muslimin wal muslimat. Bahwa perayaan ini bukanlah milik agama Islam? Akankah kita terus melanjutkannnya? Merayakan hari perayaan orang lain?


Kembali lagi pada hadits diatas “barang siapa mengikuti suatu kaum maka dia bagian dari mereka”. Coba kita renungkan. Apalagi kita semua sangat ingin masuk kedalam Surganya Allah SWT. Apakah kita pantas dengan tetap mengikutinya?


Kita masih memiliki hari perayaan yang Insya Allah selalu diridhai oleh Allah SWT. Yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Sungguh perayaan yang sangat indah. Kita semua tau akan hal itu. Lalu bagaimana jika kita sudah pernah merayakannya? Yang berlalu biarlah berlalu. Allah SWT adalah tuhan yang maha pengampun. Jangan lakukan lagi dan bertobatlah.


Sumber: Fiqih: remaja kontemporer, Abu Al-Ghifari; halaman 406 - 408

Remaja Pewaris Surga, Deejay Supriyanto; halaman 57

Ust. Felix Siauw, Ust. Khalid Basalamah, Ust Abdul Somad, Ust. Buya Yahya dalam Channel Youtube Fadhilah Islam. Des, 31 2017

67 views0 comments

Comments


bottom of page